Home | Blog | Contact | "Dari Rane"

ᵔᴥᵔ Rane

Kembali ke Khittah Media Sosial

Sebagai generasi yang mengalami masa-masa awal media sosial, gue merasa makin ke sini medsos makin kayak kota besar yang bertambah padat. Jalanannya macet, papan iklan di mana-mana, algoritma kayak polisi lalu lintas yang sok ngatur-ngatur kita ke mana harus pergi, plus ada drama dan kebisingan yang bikin capek, sumpah capek banget.

Gue merasa kayaknya makin hari, makin banyak orang yang merasa jenuh dan kangen sama masa-masa awal internet—waktu kita bisa bebas berbagi tanpa takut digiring ke sana-sini sama algoritma dan segala tetek bengeknya.

Nah, belakangan ini gue nemu dua platform yang, menurut gue, kayak oase di tengah gurun digital yang makin riuh, ribet, rese, yaitu: Bearblog.dev dan Foto App.

~

Bearblog: Blogging Tanpa Ribet, Tanpa Drama

Pertama, ada Bearblog.dev. Ini platform blogging yang konsepnya pure minimalism. Nggak ada iklan, nggak ada pelacak (trackers), nggak ada Javascript yang bikin loading lama, dan templatenya pun super sederhana. Slogan mereka jelas banget: "Just your words."

Menurut manifesto pendirinya, Herman Martinus, layanan ini nggak akan tutup, apalagi hilang. Dia bahkan ngerencanain Bearblog buat bertahan sampai 10, 20, bahkan 50 tahun ke depan, atau mungkin lebih. Yang lebih penting lagi, Bearblog nggak bakal dijual ke investor besar dan bakal tetap independen selamanya. "No ads, no bullshit. Your blog is your place," kata Herman.

Gue sendiri udah pakai Bearblog sejak Juli 2024, dan jujur, jatuh cinta sama kesederhanaannya. Rasanya kayak nulis jurnal pribadi di era digital, tapi bisa diakses siapa aja, kapan aja, tanpa distraksi.

Di sini nggak ada algoritma yang maksa tulisan lo buat bersaing di timeline, nggak ada tombol like yang bikin lo kepikiran soal engagement, dan yang paling penting: nggak ada iklan. Lo bisa nulis dan berbagi murni buat kepuasan pribadi, bukan buat ngejar angka atau clickbait.

Yang lebih keren lagi, nggak ada paywall. Berapa kali pun orang mau baca tulisan lo, mereka nggak bakal ditodong suruh bayar setelah baca sekian artikel. Bener-bener kembali ke esensi blogging: berbagi pemikiran, bukan berlomba buat viral.

Jujur -curcol mode on- gue kangen dengan era blog di awal 2000-an ketika kita seru-seruan bertukar cerita lewat tulisan. Tapi masa-masa itu hilang ketika banyak teman-teman blogger yang gue suka banget tulisannya lantas berubah karena tuntutan sponsor. Don't get me wrong, gue juga dulu beberapa kali dibayar sponsor buat ngeblog tapi gue nggak mau diatur. Sedih aja ketika menemukan banyak blog bagus yang menyerah pada sponsor. Mayoritas begitu kesurupan iklan, kreativitas mereka hilang, keseruannya apalagi. Sampai-sampai ada Hari Blogger Nasional segala yang sarat sponsor sana sini, termasuk "sponsor" pemerintah. Pak Menteri jaman itu sampai mengajak bikin Mars Blogger segala. Mungkin kata anak sekarang: cringe banget, anjir!

Masih nanya kenapa blog banyak ditinggalkan atau jadi "trend sesaat" seperti kata Roy Suryo dulu? Gak perlu kali ya. Udah jelas gitu kok.

Gue juga curiga, kondisi yang sama juga terjadi di dunia podcasting yang beberapa tahun lalu marak banget. Salah satu indikatornya adalah pertanyaan-pertanyaan kayak: "Bang, podcast gue kok followernya dikit?" atau bahkan "Bang, kapan ya podcast gue bisa dapat iklan?"

Gak gitu cara mainnya, malih. Okelah, nanti ini gue bikin cerita sendiri soal ini. Anyway, lanjut..

~

Foto App: Instagram Versi Awal yang Reborn

Kalau Bearblog kayak versi digital dari jurnal pribadi, Foto App ini kayak Instagram di era awal—waktu masih jadi tempat buat berbagi foto saja, sebelum akhirnya berubah jadi medan perang algoritma dan ajang flexing.

Gue udah ngikutin perkembangan aplikasi ini selama beberapa bulan terakhir lewat update di medsos mereka, dan akhirnya, Jumat kemarin (20/02/2025) mereka resmi meluncur di Appstore dan Playstore! Masih belum sempurna banget, tapi dari yang gue lihat sejauh ini, gue suka.

Bayangin: lo upload foto dan orang lain bisa nikmatin, tanpa iklan yang nyerobot, tanpa algoritma yang maksa lo ngeliat konten yang "katanya" cocok buat lo. Nggak ada push konten random yang bikin lo kecanduan scrolling sampai kiamat (doom scrolling maksudnya.)

Yang menarik banget buat gue, di Foto App ini nggak ada jumlah likes atau followers yang kelihatan, kecuali di posting lo sendiri yang hanya lo yang bisa liat. Artinya, platform ini lebih fokus ke foto itu sendiri, bukan buat pamer seberapa populer orang yang nge-post. Buat dunia fotografi digital yang selama ini didikte algoritma dan angka-angka, ini bisa jadi angin segar. Itu pemahaman gue, tolong koreksi kalau salah paham.

Yang pasti gue seneng banget. Kebetulan lagi CLBK dengan fotografi hitam putih, dan di sanalah gue berbagi. Eh, kalau lo memutuskan nyoba Foto app, jangan lupa follow gue ya di @rane.

~

Mungkinkah Ini Era Baru Digital Slow Life?

Di tengah internet yang makin riuh, ribut dan ribet, Bearblog dan Foto App kayak ngajakin kita buat slow down dan balik ke esensi awal media sosial: berbagi tanpa ribet.

Pertanyaannya: apakah ini jawaban atas kegelisahan kita soal algoritma sok tahu yang makin ngawasin dan ngontrol bahkan mengubah hidup kita? Bisa jadi. Tapi gue nggak mau ikutan sok tahu.

Yang pasti, dua platform ini nggak dimiliki oleh raksasa teknologi yang kaya dari menyedot dan menjual perhatian kita. Bearblog dibangun sama satu orang programmer di Afrika Selatan. Sementara Foto App dikembangkan oleh tim kecil yang bukan bagian dari konglomerat digital.

Yah, semoga aja mereka tetap independen dan nggak berubah haluan kayak media sosial lain yang awalnya "sederhana" tapi lama-lama malah jadi mesin uang dan bikin gaya hidup kita makin aneh. (Ngaku, lo pasti ngerasain juga, kan? Hahaha.)

Jadi, mungkin ini saatnya kita pikir ulang: Kita butuh media sosial yang bikin tenang, atau yang bikin kecanduan?

Your choice, lah pastinya. Gue sih lagi menikmati slow living ala digital ini.

Tangerang, 23 Februari 2025

-Rane

#media sosial