Skip to content

suarane

podcast, radio, audio

  • HOME
  • Podcast
  • Blog
  • Apa itu Podcast?
  • The Storyteller
  • Kontak

Kere-Aktif

Posted on 28/08/2022 by rane 1 Comment on Kere-Aktif

“Our core business is creativity, and creativity is not written in stone!”

Kalimat ini terselip diantara omelan seorang bos ketika saya baru mulai kerja di sebuah ahensi global yang dipimpinnya di Negeri Gajah Putih. Sebagai anak baru saya mau unjuk kebolehan di hadapannya dengan berkali-kali mengutip berbagai teori ilmu PR dan Komunikasi ketika kami sedang rapat perencanaan kampanye untuk sebuah klien besar. Dia sama sekali tidak terkesan. Alih-alih memuji, dia malah misah-misuh. Inti dari bisnis kita, kata beliau, adalah kreativitas, dan kreativitas, tambahnya lagi, tidak dipahat di atas batu.

Saat itu juga ingatan langsung terlempar ke hampir dua dekade sebelumnya ketika saya dipercaya untuk menjadi host acara pagi di sebuah radio di ibukota. Ketika itu kami sedang rapat kreatif dengan Station Manager untuk mematangkan konsep siaran pagi yang baru di radio itu. Saya yang baru lulus dari sebuah perguruan tinggi negeri yang menyandang nama negara ini, langsung mengeluarkan macam-macam teori ini itu. Beliau membiarkan saya terus nyerocos sambil manggut-manggut. Tapi ketika rapat selesai, beliau meminta saya tetap di tempat.

”Mau jadi penyiar yang bener, Le?” katanya dengan logat Jawa yang kental, ketika ruangannya sudah sepi.

”Ya mau, pak!” jawab saya semangat.

“Oke, buang dulu ijazah UI-mu, baru kita bicara, nggih?” katanya sambil nyengir.

Asem!!

~~~

Dua peristiwa yang berjarak cukup jauh itu agaknya banyak membentuk pola pikir saya hingga sekarang, termasuk ketika kini saya memutuskan menjadi seorang podcaster full time yang setahun terakhir ini juga banyak terlibat mengajar dalam berbagai kesempatan workshop podcasting.

Podcasting adalah dunia yang sangat mengandalkan kreativitas. Mungkin awalnya kita belajar dari pengalaman para podcaster yang sudah lebih dulu mulai. Dari merekalah kita misalnya bisa mempelajari berapa kecenderungan rata-rata durasi podcast; atau ada berapa macam format podcast; atau berapa sebaiknya jumlah host sebuah podcast; atau berapa episode yang harus dirilis dalam setiap minggunya dan lain sebagainya. Itu semua bisa dijawab karena berbekal pengalaman dari podcast-podcast yang sudah ada dan itu bagus karena kita ada benchmark, ada patokan. Tapi tentu jangan berhenti di situ. Lebih fatal lagi, jangan menganggap benchmark itu sebagai aturan baku yang harus dipatuhi plek plek plek.

Jadi pelajari benchmark-benchmark yang ada karena itu sangat berharga. Tapi setelah itu, cobalah berkreasi sendiri. Ingat, industri kita ini juga industri kreatif dan kreativitas tidak mengenal batas, kreativitas tidak dipahat di atas batu.

~~~

Saya punya beberapa contoh bagus untuk ilustrasi dari apa yang sudah ditulis panjang lebar barusan.

Di awal-awal ketika podcast mulai naik daun di Indonesia beberapa tahun silam, banyak podcaster yang berpatokan pada durasi rata-rata 30 menit, bahkan ada yang sampai 45 menit hingga 1 jam, berpanduan pada podcast-podcast lain yang sudah muncul lebih dulu. Nama-nama podcastnya juga nyaris seragam mengikuti pola podcast yang sedang naik daun yang ada nama harinya. 🙂

Eh, tiba-tiba saja ada sebuah podcast yang melabrak pakem durasi karena dia bermain di durasi hanya 2–3 menit saja, tidak pake intro, langsung to the point, ngomel-ngomel tentang berbagai fenomena di masyarakat, dan ditutup dengan punchline yang bikin pendengar manggut-manggut membenarkan atau ketawa ngakak. Nama podcastnya pun keluar dari pakem yang ada saat itu: Podcast Kesel Aje!

Contoh lain adalah adalah di saat podcast bertema sepakbola satu persatu muncul mengikuti gaya podcast bola yang sudah lebih dulu ngetop, tiba-tiba muncul podcast yang digawangi dua ”Mas-mas biasa” yang bukan coach atau komentator bola terkenal, melainkan hanya penggemar bola dan angle itu yang mereka pakai di podcast mereka. Mereka berdua ngebacot soal bola dengan gaya sok tahu seorang penonton yang selalu lebih pintar dari pemainnya, mengasosiasikan bola dengan kehidupan sehari-hari atau peristiwa yang sedang trend, dan memberikan sentuhan humor ala warung kopi yang kental, bahkan sesekali mereka keluar dari tema bola. Itulah Podcast Retropus!

Terakhir, buat para podcaster yang mulai merasa terancam karena banyak artis atau selebriti yang eksodus ke podcast dan merebut banyak sekali jatah pendengar, saya mau beri satu resep yang menurut saya adalah satu-satunya hal yang bisa membuat kalian menjadi setara dengan mereka yaitu: KREATIVITAS!

Kreativitas adalah hal yang dicari para podcaster dan konten kreator dari berbagai lapisan, mau dari level kere hore sampai level sultan, karena pendengar tidak bodoh dan tidak silau dengan popularitas artis dan selebriti seperti yang selama ini kita pikir bisa jadi jalan singkat ke popularitas. Pendengar lebih tertarik pada kreator konten yang bisa menghadirkan sesuatu yang baru, sesuatu yang unik, sesuatu yang beda dari yang sudah ada, dan itu hanya bisa muncul karena kreativitas.

Kreativitas sangat benci pada rutinitas, kenyamanan, kemapanan dan status quo. Kreativitas justru kerap lahir dari keterbatasan dan keinginan untuk tampil berbeda. Kreativitas adalah sebuah seni tersendiri.

Karena itulah saya suka sekali menyebut kreatif itu sebenarnya singkatan dari ”Kere tapi Aktif.”

~~~

Tangsel, awal September 2021

* Artikel ini pernah dimuat di Kolom Pelantang, Paberik Soeara Rakjat, 5 September 2021. 

Share this article:
  • Tweet This!
  • Share this on Facebook
  • Share this on Pinterest
  • Share this on Reddit
  • Share this on VK
  • Share this on Digg
  • Share this on Linkedin
Posted in Blog, Podcast

Post navigation

← “Cacing Telinga”

Author: rane

Website

Terkait

  • Klipping: Bahasa Siaran Radio Swasta: Perspektif Ideologis
  • S0508: Collab Tanpa Covid
  • Lagu Anak Zaman Old :)
  • Playlist Lengkap Podcast Suarane Extra

1 thought on “Kere-Aktif”

  1. tuteh says:
    30/09/2022 at 9:17 am

    Pak Jaf adalah suhu saya tentang dunia radio dan podcast, saya banyak belajar dari Pak Jaf. Artikel ini semakin mempertegas apa yang selama ini saya pegang teguh bahwa izajah adalah selembar kertas berharga tapi harga selembar kertas itu akan jatuh ke titik nol jika SDM-nya tidak kreatif. Saya selalu juga memegang teguh kalimat alm Bapa saya: orang pintar belum tentu kreatif, orang kreatif sudah pasti pintar. Hahaha.

    Btw, tidak hanya artis yang eksodus ke podcast, tapi banyak orang motivator-motivator keren. Dan saya bangga selalu membawa nama Pak Jaf di setiap obrolan tentang podcast. Hahaha.

    “Aleeee, podcast itu kan konsep awalnya suara saja, Eja…”

    😀

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pencarian

Arsip

SUARANE BLOG

  • Blog: Layanan Streaming Musik: ‘Quo Vadis’, Radio?
  • Klipping: Sebuah Radio, Kumatikan
  • Mengarsip 2016 di Instagram

SUARANE PODCAST

  • Podcast: Ketika Indonesia Ikut Bicara (Bagian 1)
  • S0603: Pelajaran dari #30HariBersuara
  • Hari PRT Nasional 2018

Pecinta Buku? Dengar Ini!

Copyright © 2023 suarane | Design by ThemesDNA.com