Home | Blog | Contact | "Dari Rane"

ᵔᴥᵔ Rane

Pesan Hidup di Papan-papan Kecil

Saya menemukan rangkaian kalimat itu saat sarapan mie ayam khas Wonogiri ditemani deru laju kendaraan dan debu jalanan Ciputat. Hanya ada tiga pembeli di pagi yang mulai gerah itu: saya, istri dan seorang bapak yang sedang menyesap semangkuk mie bermandikan sambal botolan sambil ia sesekali mengusap dahinya yang berpeluh.

Kalimat itu ditulis di atas papan whiteboard kecil yang terpasang di sudut gerobak mie ayam si Mas Penjual. Sepertinya itu tempat dia menulis pesanan pembeli atau mungkin pengingat stok bahan yang sudah habis. Tulisan tangannya melabrak aturan huruf besar dan kecil, dihiasi gambar-gambar mirip coretan bocah SD.

TEtEP KuDu Obah.
NEk gur MODAL BISMILah
Sing ngatur yo WEgah.
TETAP SambaT AmPun SEmangat!!!

Sambil menikmati kenyalnya mie ayam racikan si bapak, mata saya tidak lepas dari tulisan itu. Saya baca berulang-ulang, mencoba menebak arti dan maknanya.

Tetap harus bergerak.
Kalau cuma modal Bismillah
Yang Mengatur juga ogah
Tetap mengeluh, jangan semangat!!!

Ini gaya bahasa Jawa ngoko rakyat biasa yang sarat guyon dan kata-kata dibolak-balik dengan sengaja biar terdengar ngawur tapi lumayan menyentil.

Saya jadi overthinking, membayangkan apa yang ada di pikiran si Mas Penjual saat menulis itu. Mungkin iseng sambil menunggu pelanggan datang, atau mungkin ingin menyemangati dirinya sendiri, atau mungkin juga ingin mengajak orang tersenyum tapi setelah itu lama terdiam mencerna makna.

Yang terakhir itu sepertinya saya yang diajak.

Saya yang suka memisuhi hidup saat ini, bergelimang dalam penyesalan masa lalu, menghabiskan waktu tidur memikirkan masa depan.

Saya yang mengandalkan racikan obat untuk menenangkan isi kepala yang kerja terlalu berat, mencari kata-kata penuntun di sela lembaran buku-buku Stoik, menghabiskan waktu memelototi ceramah-ceramah para alim di alam maya.

Saya yang pagi itu tersenyum, lalu terdiam mencerna makna.

Saya yang pagi itu merasa menemukan pelajaran dari tempat paling sederhana, dari orang yang hidupnya tak punya waktu untuk berteori, tapi tahu persis rasa menjalani.

~~

Dalam perjalanan pulang ke rumah dari sarapan mie ayam Wonogiri, saya teringat gagang pintu kamar yang sudah berhari-hari rusak karena murnya lepas dan hilang namun saya abaikan. Maka mampirlah kami di toko matrial tidak jauh dari situ.

Sambil berbual-bual dengan si penjaga toko, pandangan saya tertuju pada tulisan di sebuah papan whiteboard kecil yang digantung di dekat rak berisi kaleng-kaleng cat:

Kepada yang terhomat...
Bapak/ ibu yang kami cintai.
Untuk menghindari masuk neraka,
Kami tidak melayani PERMAINAN NOTA!!!

Lagi-lagi saya tersenyum. Lucu juga cara hidup menepuk-nepuk pundak saya sambil berpesan:

Jangan berhenti melangkah,
hindari masuk neraka,
dan tetap tertawa di tengah semuanya.



Tangsel, Awal Oktober 2025
R.

Screenshot 2025-10-01 at 12

#ngalor-ngidul