Home | Blog | Contact | "Dari Rane"

ᵔᴥᵔ Rane

Tetris, Sisyphus dan Hidup yang Terus Berulang

Saya jatuh cinta lagi dengan game lama jaman SD dulu. Namanya Tetris. Tapi kali ini di usia kepala 5 saya menemukan perspektif baru dari permainan Tetris yang ternyata sangat filosofis.

Dulu saya bisa betah main Tetris setiap saat ada kesempatan. Pulang sekolah, makan, belajar, buang air, istirahat siang, malam menjelang tidur bahkan sampai begadang. Di masa itu Tetris adalah pelarian dari masalah hidup yang sangat berat dan selalu bikin kepala mumet, namanya PR (Pekerjaan Rumah). But I'm not the only one. Emak saya juga keranjingan main tetris kapanpun setiap ada kesempatan. Mungkin itu bentuk pelarian juga bagi beliau, entah lari dari apa. Tetangga saya kiri kanan juga gitu.

Bahkan preman yang biasa nongkrong di ujung jalan masuk kompleks perumahan kami dulu juga main Tetris sambil mengoceh dengan segala makian paling jorok. Sepertinya dia punya game Tetris yang setiap kali game over, akan mengeluarkan kata-kata "Bego Lo!" Theme song game Tetris ini sudah seperti soundtrack hidup banyak orang di pertengahan 80-an dulu. Ke mana saja kita pergi, lagu ini selalu terdengar. 

~~~

Beberapa hari lalu ketika masalah hidup terasa semakin menumpuk, lebih parah dari sekadar PR jaman sekolah dulu, entah kenapa insting saya adalah mencari game Tetris di AppStore, dan ternyata ada! Asli, lengkap dengan lisensi dari perusahaan yang punya hak cipta Tetris. Saya juga bingung kenapa game ini yang saya cari. Bisa jadi karena di puncak-puncak masalah, naluri masa kecil saya mengambil alih dan mencari sesuatu yang bisa jadi pelarian. Bisa jadi. Yang pasti beberapa hari ini ponsel nyaris nggak pernah lepas dari tangan. 

Tapi bukan pelarian yang kemudian saya temukan, melainkan sebuah perspektif baru tentang hidup, yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Serius!

Begini. Tetris itu kan game menyusun balok-balok berbagai bentuk. Nah, bayangkan balok-balok itu adalah masalah dalam hidup kita yang entah kenapa terus berjatuhan dari langit. Kita tidak tahu bentuk dan warnanya sampai dia muncul, dan kita harus menyusunnya sebegitu rupa agar menjadi satu barisan yang rapi dan -poof- hilang.

Tapi belum sempat kita menarik nafas lega, kita sudah harus bersiap menyusun balok-balok lainnya. Tidak ada jeda. Balok tetap turun, terus dan terus dan terus. Kadang kita bisa susun dengan rapi, dan ada rasa puas ketika saat tersusun, balok-balok itu hilang. Apalagi kalau sudah bertumpuk banyak, dan dengan satu balok saja, tiba-tiba tumpukan itu hilang sekaligus. Puas! Tapi ada saat ketika kita gagal dan tumpukan balok itu makin tinggi, makin cepat dan... Game Over!

~~~

"ONE MUST SEE SISYPHUS HAPPY"

Alkisah dalam legenda Yunani ada satu tokoh raja bernama Sisyphus. Sisyphus ini terkenal cerdas dan licik, sampai-sampai dia bisa mengakali kematian. Jadi ceritanya ketika Dewa Kematian Yunani datang menjemputnya, Sisyphus merantainya hingga dia tidak jadi mati. Oya, nama Dewa Kematian dalam mitologi Yunani itu adalah Thanatos. Fun fact, konon nama tokoh Thanos di film Marvel terinspirasi dari Thanatos. 

Nah, karena ulahnya yang mencoba mengakali kematian, Sisyphus dihukum untuk mendorong batu besar ke atas bukit. Tapi setiap kali nyaris sampai ke puncak bukit, batu itu akan menggelinding lagi ke bawah dan Sisyphus harus mulai lagi dari awal. Begitu terus, selamanya, seumur hidupnya.

Saya tidak tahu apa penemu Tetris tahu cerita Sisyphus. Tapi ini logikanya mirip main Tetris kan? Filsuf Albert Camus yang menulis buku tentang Mitologi Sisyphus menyebut hidup ini sebagai absurdism atau absurditas. Gimana tidak absurd? Bukankah kita setiap hari hidup dalam pengulangan? Bangun, kerja, pulang, capek, istirahat, besok ulang lagi. Tidak pernah bosandan manusia tidak pernah menyerah. 

Albert Camus punya satu kutipan terkenal tentang hal ini: One must imagine Sisyphus Happy. Kita harus membayangkan Sisyphus bahagia atau senang. Kenapa?

Karena mencari makna dan kebahagiaan dalam hidup, bahkan seabsurd apapun itu, sangat mungkin dilakukan. Sisyphus sadar pekerjaannya sia-sia, tapi tetap melakukannya dengan sadar. Menurut penafsiran Camus, Sisyphus menolak putus asa. Itulah bentuk kebebasan yang hakiki.

~~~

Ah, bisa jadi ini alasan saya makin suka main Tetris. Dia jujur. Tidak menjanjikan kemenangan. Siapa yang pernah menang main Tetris? Naik level ada, tapi malah permainan level berikutnya semakin rumit. Intinya tantangan terus datang dan datang dan datang, dan satu-satunya cara bertahan adalah belajar menerima, menyusun, dan terus bermain.

Tetris mungkin adalah pengingat bahwa hidup tak pernah benar-benar bisa "dimenangkan" dan masalah tidak akan pernah ada habisnya.

Cuma ada satu cara menghadapinya, yakni dengan tidak putus asa. Tidak putus asa akan membuat kita jadi lebih cekatan dalam menyusun masalah yang terus datang bertubi-tubi tanpa henti.

Pernahkah terpikirkan mengapa kita masih bangun setiap pagi dan mengerjakan hal yang sama berulang-ulang? Jangan bilang sudah kewajiban. Tidak ada yang mewajibkan kita kok. Coba pikirkan.

Kalau buat saya, karena setiap balok, setiap masalah, setiap hari, setiap pengulangan itu membawa serta satu hal yang sama juga yaitu: HARAPAN! 

.

Tangerang Selatan, 12 Mei 2025

~~~

Versi audio bisa didengarkan di sini

Kunjungi situs resmi Tetris di Tetris.com dan coba mainkan gamenya secara gratis. Selamat bermain, hai Sisyphus modern hehehe .

#ngalor-ngidul